Friday 28 October 2011

RI Masuk 20 Besar Kekayaan Dunia

VIVAnews - Credit Suisse Research Institute mengungkapkan jumlah kekayaan Indonesia meningkat cukup signifikan. Dari periode Januari 2010 hingga Juli 2011, kekayaan Indonesia mencapai US$420 miliar. Hingga saat ini total kekayaan Indonesia sendiri tercatat sebesar US$1,8 triliun.
Dengan kekayaan tersebut, Credit Suisse menempatkan Indonesia dalam 20 negara penyumbang tertinggi untuk kekayaan global. Asia Pasifik tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan kekayaan global.
Laporan itu menganalisis pendistribusian kekayaan dari keseluruhan 4,5 miliar  individu di dunia pada lebih dari 200 negara. Pendekatan penelitian yang digunakan bersifat independen.
Data terbaru dari Credit Suisse menunjukkan pertumbuhan kekayaan global saat ini naik 14 persen menjadi US$231 triliun pada Juni 2011 dari sebelumnya US$203 triliun pada Januari 2010.

“Negara-negara berkembang tetap menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan kekayaan, dengan pertumbuhan tercepat  terjadi di Amerika  Latin, Afrika, dan Asia,” tulis Credit Suisse dalam keterangan tertulis yang diperoleh VIVAnews.com.

Dalam kurun waktu lima tahun mendatang, kekayaan global diperkirakan meningkat hingga 50 persen menjadi US$345 triliun dan kekayaan perorangan akan meningkat 40 persen hingga mencapai US$70.700. Perkiraan itu didasari oleh pertimbangan dari pertumbuhan di pasar negara-negara berkembang.

Laporan tersebut mengemukakan bahwa pasar negara-negara berkembang memiliki cakupan yang cukup luas untuk meningkatkan kekayaan perorangan. Sebab, rasio aset keuangan bersih terhadap pendapatan dan rasio utang terhadap pendapatan mereka yang lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian yang maju.

Menurut Chief Executive Officer Asia Pacific Credit Suisse, Osama Abassi, laporan kekayaan global tersebut memberikan gambaran bahwa saat ini terjadi perubahan ekonomi yang belum pernah dilihat dan terjadinya perubahan radikal dalam tatanan ekonomi dunia.

"Pasar negara-negara berkembang merupakan pemicu utama pemulihan global dan tetap menjadi mesin pertumbuhan utama bagi kekayaan dunia," tuturnya.

Global Head of Research for Private Banking and Asset Management Credit Suisse, Giles Keating, memprediksi peningkatan kekayaan yang cepat akan memacu tren baru dalam perilaku konsumsi dan investasi di Asia. Peningkatan ini akan membantu menyelesaikan permasalahan moneter yang terjadi di Eropa.

"Semakin tingginya tingkat utang perorangan di Eropa dibandingkan di Asia, bersama dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan kekayaan di Asia dibandingkan di Eropa, menyiratkan adanya ruang untuk kerja sama yang signifikan guna membantu mengatasi krisis utang Eropa," jelasnya.

Asia Pasifik merupakan kontributor utama peningkatan kekayaan global dengan besaran 36 persen dari seluruh penciptaan kekayaan global sejak 2000 dan 54 persen sejak 2010. Negara-negara seperti China, Jepang, Australia, dan India termasuk dalam enam kontributor utama terhadap akumulasi kekayaan global dalam periode tersebut.

“Jumlah kekayaan rumah tangga di Asia Pasifik meningkat 23 persen dari US$61 triliun pada Januari 2010 menjadi US$75 triliun pada Juni 2011,” ungkapnya.

Kondisi itu, dia menambahkan, bertolak belakang dengan total pertumbuhan kekayaan di Amerika Utara dan Eropa pada periode yang sama, masing-masing hanya 9,2 persen dan 4,8 persen. "Kondisi ini menggambarkan terjadinya pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari negara maju ke negara berkembang," tuturnya. (art)
• VIVAnews

No comments:

Post a Comment