VIVAnews - Credit Suisse Research Institute
mengungkapkan jumlah kekayaan Indonesia meningkat cukup signifikan. Dari
periode Januari 2010 hingga Juli 2011, kekayaan Indonesia mencapai
US$420 miliar. Hingga saat ini total kekayaan Indonesia sendiri tercatat
sebesar US$1,8 triliun.
Dengan kekayaan tersebut, Credit Suisse menempatkan Indonesia dalam
20 negara penyumbang tertinggi untuk kekayaan global. Asia Pasifik
tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan kekayaan global.
Laporan itu menganalisis pendistribusian kekayaan dari keseluruhan
4,5 miliar individu di dunia pada lebih dari 200 negara. Pendekatan
penelitian yang digunakan bersifat independen.
Data terbaru dari Credit Suisse menunjukkan pertumbuhan kekayaan
global saat ini naik 14 persen menjadi US$231 triliun pada Juni 2011
dari sebelumnya US$203 triliun pada Januari 2010.
“Negara-negara
berkembang tetap menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan kekayaan,
dengan pertumbuhan tercepat terjadi di Amerika Latin, Afrika, dan
Asia,” tulis Credit Suisse dalam keterangan tertulis yang diperoleh VIVAnews.com.
Dalam
kurun waktu lima tahun mendatang, kekayaan global diperkirakan
meningkat hingga 50 persen menjadi US$345 triliun dan kekayaan
perorangan akan meningkat 40 persen hingga mencapai US$70.700. Perkiraan
itu didasari oleh pertimbangan dari pertumbuhan di pasar negara-negara
berkembang.
Laporan tersebut mengemukakan bahwa pasar
negara-negara berkembang memiliki cakupan yang cukup luas untuk
meningkatkan kekayaan perorangan. Sebab, rasio aset keuangan bersih
terhadap pendapatan dan rasio utang terhadap pendapatan mereka yang
lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian yang maju.
Menurut Chief Executive Officer
Asia Pacific Credit Suisse, Osama Abassi, laporan kekayaan global
tersebut memberikan gambaran bahwa saat ini terjadi perubahan ekonomi
yang belum pernah dilihat dan terjadinya perubahan radikal dalam tatanan
ekonomi dunia.
"Pasar negara-negara berkembang merupakan pemicu
utama pemulihan global dan tetap menjadi mesin pertumbuhan utama bagi
kekayaan dunia," tuturnya.
Global Head of Research for Private Banking and Asset Management
Credit Suisse, Giles Keating, memprediksi peningkatan kekayaan yang
cepat akan memacu tren baru dalam perilaku konsumsi dan investasi di
Asia. Peningkatan ini akan membantu menyelesaikan permasalahan moneter
yang terjadi di Eropa.
"Semakin tingginya tingkat utang
perorangan di Eropa dibandingkan di Asia, bersama dengan semakin
tingginya tingkat pertumbuhan kekayaan di Asia dibandingkan di Eropa,
menyiratkan adanya ruang untuk kerja sama yang signifikan guna membantu
mengatasi krisis utang Eropa," jelasnya.
Asia Pasifik merupakan
kontributor utama peningkatan kekayaan global dengan besaran 36 persen
dari seluruh penciptaan kekayaan global sejak 2000 dan 54 persen sejak
2010. Negara-negara seperti China, Jepang, Australia, dan India termasuk
dalam enam kontributor utama terhadap akumulasi kekayaan global dalam
periode tersebut.
“Jumlah kekayaan rumah tangga di Asia Pasifik
meningkat 23 persen dari US$61 triliun pada Januari 2010 menjadi US$75
triliun pada Juni 2011,” ungkapnya.
Kondisi itu, dia menambahkan,
bertolak belakang dengan total pertumbuhan kekayaan di Amerika Utara
dan Eropa pada periode yang sama, masing-masing hanya 9,2 persen dan 4,8
persen. "Kondisi ini menggambarkan terjadinya pergeseran kekuatan
ekonomi dunia dari negara maju ke negara berkembang," tuturnya. (art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment