Wednesday, 18 May 2011

Macam-Macam Batik Indonesia

  • Batik Indramayu
Indramayu adalah salah satu kota penghasil batik tepatnya di daerah Paoman. Para pengrajinnya biasa disebut sebgai pengrajin kecil, karena pengolahannya dikelola oleh masing- masing masyarakat. Ada pun teknik yang digunakan umumnya menggunakan batik tulis. Batik yang paling banyak dihasilkan adalah kain jarit dan sarung.
Salah satu teknik pembuatan batik Indramayu yaitu teknik babar pisan, artinya hanya sekali dalam proses pelodoran. Ciri khas warna batik Indramayu, yaitu gelap (tua) dan terang (putih). Daerah ini temasuk daerah panas sehingga kedudukan malam dapat tetap dilihat dan jarang remuk. Oleh karena itu, susunan dasar putih untuk batik Indramayu cukup baik.
Batik Indramayu banyak menggunakan ragam hias yang berbentuk motif geometris diantaranya banji, kambang kapas, sijuring, pintu raja, obar-obir, dan kawung. Sementara ragam hias flora dan fauna ditata secara dekoratif dan stilasi, seperti ganggengan, urang-ayu, iwak-etong, dara-kipu, merak ngibing, sawah gunting, burung hong, dan lain-lain. Ragam hias Indramayu ditata sangat dinamis, ritmis, dengan gaya perpaduan ragam hias Cina.

  • Batik Cirebon
Kalitengah dan Trusmi adalah dua desa di Cirebon yang penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pengusaha batik. Di daerah Trusmi umumnya membuat batik untuk jarit, sarung, ikat kepala, serta berbagai peralatan rumah tangga seperti taplak, sarung bantal, dan keperluan sandang lainnya. Batik Cirebon mempunyai 2 ciri utama, yaitu batik keraton dan batik bang-biron. Ada juga batik yang digunakan sebagai simbol spiritual yang dihiasi kaligrafi arab.
Warna yang digunakan pada batik keraton adalah putih (dasar), biru (indigo), dan coklat (soga). Penyusunan batik cirebon berbentuk horizontal,terdiri atas tiga jalur yang menggambarkan jajaran atas, tengah, dan bawah. Pada batik bang-biron memiliki warna merah dan biru yang merupakan ciri utama batik pesisiran. Ragam hias yang digunakan pada batik bang-biron umumnya memakai flora dan funa yang distilir.
Kebudayaan Islam banyak mempengaruhi batik Cirebon dengan menghasilkan motif-motif mega mendung (awan) baik pada batik maupun pada ukiran kayunya.

  • Batik Yogyakarta
Batik keraton merupakan cikal bakal dari keberadaan batik Yogyakarta. Batik keraton hanya diperuntukan bagi keluarga keraton, motifnya berupamotif larangan yang sebagian besar berbentuk motif geometris.
Motif larangan, yaitu motif yang hanya digunakan bagi keluarga dan kerbat keraton sehingga rakyat biasa dilarang untuk mengenakannya. Motifnya berupa kawung, sidomukti, sembagenhuk, sidodadi, parang rusak, garuda ageng, madubranra, camukiran, udan liris, dan sebagainya. Namun, kini motif-motif tersebut banyak dipakai oleh rakyat biasa.
Pembuatan batik Yogyakarta banyak dikerjakan dengan teknik batik tulis halus dengan teknik pewarnaan soga. Oleh karena itu, batik ini memiliki kesan klasi dan berwibawa, sementara pelodorannya dimulai dengan teknik pelodoran.

  • Batik Tasikmalaya dan Ciamis
Batik keraton berpengaruh kuat terhadap keberadaan ragam hias warna batik Tasikmalaya dan Ciamis yakni ragam hias lereng dan kawung dengan warna krem, coklat, dan hitam. Selain itu, batik pesisir juga meramaikan batik Tasikmalaya dan Ciamis seperti pada corak flora dan fauna serta sentuhan warnanya yang memekai zat pewarna sintetis seperti napthol dan indigosol.

  • Batik Pekalongan
Pekalongan dikenal sebagai kota batik. Kota ini memiliki potensi besar dalam memproduksi batik dan hasilnya sudah menyebar ke seluruh Nusantara. Sejarah perkembangan ragam hias pekalongan pernah mempengaruhi batik Laseman, Demakam, Wonogiren, Dermayon, dan Cirebonan dengan ragam hias khusus seperti kapal kandas (Dermayon), tiga-negeri (Laseman), bang-biron (Cirebonan), remukan (Wonogiren), dan lain-lain.
Ciri utama batik Pekalongan yaitu ragam hias yang selalu berbeda, dinamis, dan mengikuti perkembangan pasar. Selain itu, warna cerah juga menjadi ciri utamanya. Teknik pewarnaan batik ini menggunakan teknik coletan, besutan, sinaran, pewarnaan radion, formika, dan berbagai pengembangan zat-zat pewarna seperti napsol, indigosol, cat basa, cat ergen, cat rapid, dan rekatif.
  • Batik Madura
Batik yang terkenal di daerah Madura dibuat oleh pengrajin batik yang berasal dari Tanjungbumi, Sampang, Pamekasan, dan Bangkalan. Tanjungbumi sendiri memiliki corak yang rumit, bersifat dinamis dan dalam pembuatannya sangat teliti serta banyak menampilkan isen-isen yang rinci. Batik Tanjungbumi memiliki ragam hias flora dan fauna seperti ragam hias sekar-sejagad, gangengan, ikan kapal, buketan, dan sebagainya. Batik Tanjungbumi umumnya berlatar belakang putih dengan isen-isen rinci.

Itulah salah satu batik kebanggaan nusantara”

Akor dan Interval


Akor adalah susunan tiga nada atau lebih secara vertikal yang bila dinyanyikan secara serentak akan menghasilkan nada yang harmonis. Karena tersusun atas tiga nada utama , akor juga sering disebut sebagai trinada. Nada-nada yang dijadikan sebuah akor dimulai dari nada utama sebagai dasar akor kemudian nada kedua berupa nada tert (nada ketiga dari nada dasar), dan nada ketiga adalah nada kuint ( nada kelima dari nada dasar).
Dalam nada dasar natural akan terlihat susunan akor sebagai berikut:
Tingkat I : c - e - g disebut tonika diberi nama C mayor
Tingkat II : d - f - a disebut supertonika diberi nama D minor
Tingkat III : e - g - b disebut median diberi nama E minor
Tingkat IV : f - a - c1 disebut subdominan diberi nama F mayor
Tingkat V : g - b - d1 disebut dominan diberi nama G mayor
Tingkat VI : a - c1 - e1 disebut submedian diberi nama A minor
Tingkat VII : b - d1 - f1 disebut introduktor diberi nama B dim
Akor tingkat I, IV, dan V memiliki jarak interval antara nada dasar dengan nada terts-nya adalah 2 yang disebut sebagai terts besar (mayor). Misal dari nada c ke e berjarak 2. Maka, akor tersebut disebut akor mayor. Akor ini digunakan dalam gerak akor utama. Oleh karena itu disebut juga sebagai akor utama. Nada dasar pada akor-akor II, III, dan VI memiliki interval terts kecil (minor) terhadap nada kedua. Misalnya nada d ke f berjarak 1 ½ . Maka akor-akor tersebut sebagai akor minor.Akor VII disebut juga akor diminished karena jarak antara nada dasar dengan nada ketiganya hanya 3 atau interval kuint kurang (diminished). Akor minor dan akor diminished dikelompokkan sebagai akor tambahan karena berfungsi sebagai pemanis gerak akor dalam mengiringi lagu. Akor-akor pada tangga nada kromatis pada prinsipnya sama dengan akor-akor pada tangga nada natural. Perhatikan tabel berikut:
Tanda Mula
Tingkat Akor
I
II
III
IV
V
VI
VII

1#
2#
3#
4#
5#
6#
7#
C
G
D
A
E
B
F#
C#
Dm
Am
Em
Bm
F#m
C#m
G#m
D#m
Em
Bm
F#m
C#m
G#m
D#m
A#m
E#m
F
C
G
D
A
E
B
F#
G
D
A
E
B
F#
C#
G#

Bdim
F#dim
C#dim
G#dim
D#dim
A#dim
E#dim
B#dim
Tanda Mula
Tingkat akor
I
II
III
IV
V
VI
VII
1_
2_
3_
4_
5_
6_
7_
F
B_
E_
A_
D_
G_
C_
Gm
Cm
Fm
B_m
E_m
A_m
D_m
Am
Dm
Gm
Cm
Fm
B_m
E_m
B_
E_
A_
D_
G_
C_
F_
C
F
B_
E_
A_
D_
G_
Dm
Gm
Cm
Fm
B_m
E_m
A_m
Edim
Adim
Ddim
Gdim
Cdim
Fdim
B_dim

Hal hal yang harus diperhatikan dalam penerapan gerak akor adalah:
  • Tangga nada yang dipakai
  • Aksen melodi
  • Frase lagu
  • Arah gerak akor

Tangga nada menentukan nada dasar dan tampilan melodi, baik untuk vokal maupun instrumental. Melodi yang bertekanan mengikuti birama yang digunakan. Motif-motif melodi akan membentuk frase-frase yang menampilkan ekspresi musik. Sedangkan gerak akor mengikuti melodi. Karena melodi mengikuti arus irama dengan pola tertentu, gerak akor pun juga mengikuti pola tertentu.

Arah gerak akor biasanya mengikuti patokan sebagai berikut:

  • Akor tonika (I) bebas bergerak menuju akor lainnya.
  • Akor subdominan (IV) dapat langsung bergerak menuju akor tonika (I) atau lebih duhulu melalui akor dominan (V).
  • Jika akor dominan (V) bergerak menuju akor subdominan (IV) akan lebih baik jika digerakkan lebih dahulu ke akor tonika (I) atau ke akor tambahan (II, III, IV, VII).
  • Untuk setiap akhir frase, kalian dapat memilih satu rumusan gerak akor berikut:
  1. #akor sembarang bergerak ke akor dominan (V).
  2. #akor dominan (V) bergerak menuju akor tonika (I)
  3. #akor subdominan (IV) bergerak menuju akor tonika (I)
  4. #akor dominan (V) bergerak menuju akor submedian (VI)

Interval adalah jarak antara dua nada. Setiap interval dalam tangga nada dengan jarak yang berbeda di beri nama yang berbeda pula. Perhatikan susunan interval nada dalam tangga nada C mayor berikut:

c d e f g a b c’
1 1 ½ 1 1 1 ½
Jadi:
Dari
Jarak Interval
Nama
c – c
0
Prime murni
c – d
1
Sekonde besar
c – e
2
Terts besar
c – f
2 ½
Kuart murni
c – g
3 ½
Kuint murni
c – a
4 ½
Sekt besar
c – b
5 ½
Septime besar
c - c’
6
Oktaf murni


Coba aja di gitar”