Friday 30 September 2011

Ikan Lele Albino Pecahkan Rekor Dunia


VIVAnews - Seekor ikan lele albino raksasa ditemukan oleh Chris Grimmer di Sungai Ebro, dekat Barcelona, Spanyol. Ikan ini memecahkan rekor sebagai ikan lele albino terbesar yang ditangkap melalui pemancingan.

Saat itu, Chris mengikuti sebuah tur memancing. Awalnya, dia tidak menyangka ikan yang memakan umpannya berukuran raksasa. Chris memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk menggulung senar pancingnya setelah umpan yang dia lempar disambar ikan ini.

"Butuh waktu lama untuk menariknya, seperti menarik sebuah bus," kata Chris sebagaimana dimuat laman Daily Mail.

"Setelah itu, saya sangat lelah dan nyaris tak bisa berjalan, tapi tidak sia-sia."

Ikan lele itu kemudian ditimbang. Ternyata, beratnya sekitar 88 kg dengan panjang 2,4 meter. Setelah penimbangan, ikan ini kemudian dilepaskan kembali ke sungai.

Sementara itu, pemandu yang mengorganisir tur itu, Ashley Scott mengatakan sangat yakin tangkapan itu telah memecahkan rekor ikan lele terbesar melalui cara pemancingan. "Kami tahu catatan rekor ikan lele, jadi kami langsung menyadari bahwa itu adalah rekor," kata Scott.

Rekor ikan lele albino terbesar yang berhasil ditangkap sebelumnya dipegang oleh Sheila Penfold dari London, Inggris. Dia berhasil menangkap seekor ikan lele albino seberat 86 kilogram pada Oktober tahun lalu.
Namun, ikan lele terbesar yang pernah ditangkap di muka bumi adalah ikan lele raksasa seberat 293 kg. Ikan ini tertangkap di Sungai Mekong, Thailand pada 2005.

Manusia Mulai di Sukai Kelelawar Vampire




VIVAnews - Seorang remaja asal Meksiko menjadi orang pertama di Amerika Serikat yang tewas akibat kelelawar penghisap darah. Yang mengkhawatirkan, Centers for Disease Control (CDC) menyebutkan bahwa kelelawar itu kemungkinan akan menyebar ke seluruh negeri.


Pekerja migran berusia 19 tahun itu terkena rabies akibat digigit kelelawar di bagian tumitnya, 15 Juli 2010 lalu. Ia digigit di Michoacan, 10 hari sebelum berangkat ke Amerika Serikat untuk bekerja di pabrik gula, di Louisiana. 


“Kasus ini merupakan kasus pertama di mana manusia tewas akibat gigitan dan  terkena virus rabies yang ditularkan oleh kelelawar penghisap darah di Amerika Serikat,” sebut laporan CDC, seperti dikutip dari Fox News, 15 Agustus 2011.


Dilaporkan, remaja itu jatuh sakit dua minggu setelah digigit karena tidak diberi vaksinasi rabies. Ia sendiri pergi berobat dengan keluhan sakit di bahu, kelelahan, gangguan di mata kiri, dan mati rasa di lengan kiri. Selain itu, ia juga mengalami masalah pernafasan dan panas tinggi.


Pada 20 Agustus, ia secara resmi didiagnosa menderita rabies. Dari penelitian terhadap jaringan otak setelah kematiannya, dikonfirmasikan bahwa penyebabnya adalah varian virus rabies yang disebarkan oleh kelelawar penghisap darah.


Meski kelelawar jenis ini umumnya ditemukan di Meksiko, Brazil, Chile, dan Argentina, namun dari penelitian, kawasan penyebaran hewan ini terus meluas akibat perubahan iklim.


“Meluasnya penyebaran kelelawar penghisap darah ke kawasan Amerika Serikat kemungkinan akan memicu meningkatnya serangan hewan ini terhadap manusia dan hewan, termasuk hewan peliharaan, ternak, dan hewan liar,” sebut CDC. 


Selain itu, CDC menyebutkan, kelelawar ini juga akan mengubah dinamika dan ekologi virus rabies di kawasan selatan Amerika Serikat.

Tawon Garuda dan Katak Bertaring Ditemukan di Sulawesi


VIVAnews - Sebuah tawon pemangsa sebesar jari kelingking ditemukan di sebuah pulau terpencil di Sulawesi. Hewan unik itu ditemukan para ilmuwan dari University of California, Davis, Amerika Serikat.

Lynn Kimsey yang mendapat julukan 'wanita tawon' di kampusnya, untuk keahliannya dalam Entimologi, ilmu yang mempelajari soal serangga, mengungkapkan, tawon jantan yang ia temukan panjangnya 2 sampai 2,5 inchi atau 5,08 sampai 6,35 centimeter berwarna hitam. tawon itu  ditemukan dalam ekspedisi terakhirnya di Pegunungan Mekongga, Sulawesi Tenggara.

Para ilmuwan sangat antusias terhadap penemuan ini. Tawon pemakan serangga ini memiliki rahang yang sangat besar, hingga menutupi dua sisi kepala tawon. "Saat rahang itu terbuka, panjangnya melebihi kaki depan tawon jantan. Saya tak tahu bagaimana hewan ini bisa berjalan. Sedangkan tawon betina punya tubuh lebih kecil, namun masih lebih besar dari anggota lain dalam subfamili, Larrinae."

Lynn Kimsey berencana menamai tawon tersebut, Tawon Garuda. "Sesuai dengan lambang negara Indonesia," kata Kimsey.

Dia menambahkan, spesies itu sejauh ini hanya diketahui berada di Sulawesi Utara. "Pertama kali melihat tawon ini, saya sudah menduga ada yang tak biasa," kata Kimsey. Tawon bertubuh besar yang ia temukan kini dipelajari di Bohart Museum, UC, lembaga yang dipimpin Kimsey.

Sebelumnya, tim dari Ben Evans, ahli zoologi dari McMaster University, Hamilton, Ontario, bersama dengan koleganya dari Indonesia dan Amerika, menemukan 13 spesies katak bertaring. Juga di Sulawesi.
Katak bertaring masuk dalam genus Limnonectes, penamaan ditujukan pada dua tonjolan tulang rahang di rahang bawah mereka. Meski mirip taring, sejatinya tonjolan itu bukanlah gigi. Sebab, katak tersebut tidak memiliki akar dan karakteristik gigi.

Katak bertaring di Sulawesi menunjukkan variasi adaptasi katak di pulau yang terdiri dari banyak pegunungan, dengan lingkungan dan iklim mikro yang beragam, dari terbasah hingga paling kering di Indonesia. Juga lingkungan vegetasi bervariasi yang harus diadaptasi. (Sumber: University of California).
Katak Bertaring