VIVAnews - Pertumbuhan kekayaan Asia dianggap telah
menciptakan jutawan dan miliarder lebih banyak dibandingkan kawasan
negara lain di dunia. Private Banking Group Juliaus Baer memperkirakan
total kekayaan individu atau high net worth individuals (HNWIs) dari 3,3 juta orang di Asia akan meningkat tiga kali lipat menjadi US$15,81 triliun pada 2015.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat, diikuti booming
saham dan pasar properti, telah membantu sejumlah bisnis besar Asia
untuk bergerak lebih cepat. Kondisi ini membuat budaya bisnis sejumlah
keluarga kaya ikut aktif terlibat di dalamnya.
Para keluarga
kaya ini telah banyak bergerak di sejumlah lini industri seperti
terdapat di Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura.
Seperti dikutip dari laman cnbc.com,
setidaknya terdapat 10 keluarga kaya yang berasal dari Asia. Daftar
orang kaya ini diperoleh dari Wealth-X, sebuah perusahaan penelitan yang
menyediakan informasi bagi private banking dan perusahaan konsultan.
Total
kekayaan keluarga kaya ini didasarkan pada kepemilikan perusahaan
publik dan privat, pendapatan tunai, dividen, serta aset lain yang
diinvestasikan. Daftar keluarga kaya ini juga mencatat setidaknya
terdapat dua orang anggota keluarga yang ikut terlibat mengelola bisnis.
Berikut 10 keluarga yang memiliki kekayaan terbesar di Asia:
5. Sunnil Mittal dan keluarga
Negara: India
Bisnis: Bharti Group
Perkiraan kekayaan: US$16,5 miliar
Sunil Bharti Mittal adalah pendiri bisnis Bharti Group, dan chairman dari
perusahaan Bharti Airtel yang merupakan operator telekomunikasi
terbesar di India. Perusahaan ini juga merupakan operator terbesar
kelima di dunia dengan konsumen mencapai 200 juta pelanggan.
Mittal
mendirikan bisnisnya pada 1976 pada usia 18 tahun dengan membangun
pabrik perakitan sepeda dengan dana awal sekitar US$500 berasal dari
sang ayah. Pria berusia 54 tahun itu lalu mengembangkan bisnis Bharti
Telecom, perusahaan telekomunikasi yang pertama kali memperkenalkan
perangkat telepon dengan tombol pada 1980-an, mesin fax, dan telepon
nirkabel satu dekade kemudian.
Saat ini, perusahaan berminat
untuk mengembangkan bisnis ritel, jasa keuangan, dan manufaktur dengan
cabang operasi di 18 negara.
Dalam menjalankan bisnisnya, Sunil
Mittal mengajak Rakesh Mittal dan Rajan Mital untuk mengepalai unit
bisnis ritel dan pertanian. Sementara itu, anak Mittal Kavin dan Shravin
baru saja bergabung dalam bisnis keluarga tersebut.
Kevin mengepalai bisnis telekomunikasi di Jepang, Softbank, yang mengembangkan media sosial, game, dan bisnis e-commerce.
4. Keluarga Kwok
Negara: Hong Kong
Bisnis: Sun Hung Kai Properties
Perkiraan kekayaan: US$22 miliar
Keluarga
Kwok adalah pendiri kerajaan bisnis Sun Hung Kai (SHK) Properties yang
merupakan pengembang properti terbesar dari sisi nilai pasar.
Perusahaan
ini didirikan pada 1963 oleh pebisnis China daratan Tak Seng Kwok dan
mitranya Fung King Hey serta Lee Shau Kee. SHK Properties tercatat di
Bursa Efek Hong Kong pada 1972 dan selanjutnya mulai menapak sebagai
salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar. Saat ini,
kapitalisasi pasar SHK mencapai US$34,25 miliar.
Tak Seng wafat
pada 1990 dan meninggalkan bisnisnya kepada istrinya, Kwong Sihing dan
tiga orang anaknya Raymond, Thomas, serta Walter Kwook.
Bisnis
perusahaan ini terus berkembang seiring bisnis properti China dan Hong
Kong yang terus menggeliat. Bulan lalu, kerajaan bisnis Kwok melaporkan
kenaikan laba 55 persen menjadi US$2,75 miliar selama semester I-2011.
Perusahaan juga telah selesai membangun gedung tertinggi di Hong Kong
pada 2010, The International Commerce Center.
3. Lakshmi Narayan Mittal dan Keluarga
Negara: India
Bisnis: Ancelor Mittal
Perkiraan kekayaan: US$28 miliar
Lakshmi
Narayan Mittal merupakan pendiri bisnis AncelorMittal, perusahaan
penghasil baja terbesar di dunia. Mittal juga diketahui sebagai orang
kaya keenam di dunia, berdasarkan majalah Forbes.
Konglomerat
baja ini mendirikan perusahaan Mittal Steel pada 1989. Perusahaan ini
bergabung dengan Ancelor pada 2006 yang berbasis di Luxembourg. Mittal
merupakan chairman dan CEO kelompok bisnis ini dan memiliki
saham 40 persen. Anggota keluarga lain yang dilibatkan adalah anaknya,
Aditya yang menjabat chief financial officer, dan anak perempuannya Vanisha yang menjadi satu dari 11 anggota direksi.
Bisnis
keluarga ini terus mendunia. AncelorMittal baru-baru ini bergabung
dengan penghasil batu bara terbesar AS, Peabody untuk membeli 60 persen
saham Macarthur Coal senilai US$5 miliar.
2. Li Ka-shing dan Keluarga
Negara: Hong Kong
Bisnis: Cheung Kong, PCCW, Hutchison Whampoa
Perkiraan kekayaan: US$32 miliar
Li
Ka-shing diketahui merupakan salah satu sosok pebisnis kuat di Asia.
Perusahaannya kini mencatat kapitalisasi pasar US$92 miliar di Bursa
Efek Hong Kong.
Memulai bisnis dengan sederhana, pebisnis yang
berhenti sekolah pada usia 12 tahun ini mengelana di China daratan
bersama keluarganya pada 1928. Setelah bekerja di perusahaan plastik,
Ka-shing memulai bisnis pengolahan plastik pada usia 22 tahun, yang kini
bernama Cheung Kong Industries yang merupakan salah satu perusahaan
investasi real estate terbesar.
Perusahaan ini mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Hong Kong pada 1972 dan terus melakukan ekspansi
bisnis, mengakuisisi Hutchinson Whampoa dan Hong Kong Electric.
Ka-shing
kini melakukan diversifikasi bisnis termasuk bisnis perkapalan,
telekomunikasi, sampai bioteknologi. Bisnis perusahaannya tersebar mulai
dari Inggris, Australia, dan China.
Dua puteranya, Victor Tzar
Kuoi dan Richard Tzar Kai Li kini menjalankan bisnisnya masing-masing.
Victor merupakan kepala dari Cheung Kong, Hutchison Whampoa, dan KC Life
Science. Sementara itu, Richard menjadi chairman dari perusahaan telekomunikasi PCCW.
1. Keluarga Ambani
Negara: India
Bisnis: Reliance Industries dan Reliance Group
Perkiraan kekayaan: US$37,6 miliar
Ambani
merupakan keluarga terkaya di wilayah Asia Pasifik dan pendiri Reliance
Industries yang merupakan perusahaan terbesar India dengan nilai
kapitalisasi pasar mencapai US$55,6 miliar.
Perusahaan ini
dirintis oleh Dhirubhai Hirachand Ambani pada 1996 dengan mendirikan
bisnis tekstil dan terus berkembang dengan melirik bisnis petrochemical,
komunikasi, dan pembangkit listrik. Dhirubhai memulai bisnis sebagai
pekerja hingga akhirnya menjadi hartawan di India.
Reliance Industries berubah menjadi perusahaan publik pada 1977 dan
tak jarang harus menggelar pertemuan dalam sebuah stadium untuk
mengakomodasi massa yang sangat besar.
Setelah kematian Dhirubhai
pada 2002, puteranya Mukesh Ambani dan Anil Ambani mengambil alih
bisnis keluarga tersebut. Namun, perselisihan di antara keduanya membuat
kelompok bisnis ini pecah pada 2006.
Saudara tertua Mukesh Ambani mengambil alih Reliance Industries yang
memiliki aset kelompok bisnis minyak. Sementara itu, Anil menjadi chairman Reliance Group yang mengelola bisnis telekomunikasi, pembangkit listrik, dan penyedia jasa kesehatan. (art)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment