Wednesday, 26 October 2011

Ciao, "Super Sic"

Kuala Lumpur - Marco Simoncelli adalah pembalap yang lekat dengan kontroversi. Namun, sosoknya tetap saja dicintai.

'Super Sic'. Begitulah julukan yang disematkan untuk pemuda kelahiran Cattolica, Italia, 20 Januari pada 24 tahun silam tersebut.

Predikat 'Super' bukan tanpa sebab disematkan untuk juara dunia 250cc tahun 2008 bersama Gilera tersebut. Lewat aksinya di lintasan, Simoncelli memang digadang-gadang sebagai rider penuh talenta, sampai-sampai ada pula yang mendapuknya sebagai The Next Big Thing dari Italia setelah Valentino 'The Doctor' Rossi.

Saat naik kelas ke kelas MotoGP pada musim 2010, aksi Simoncelli pun dinantikan banyak orang. Memulai musim dengan buruk setelah finis di posisi 11, Simoncelli mampu memperbaiki performa di sisa seri.

Musim kedua rider San Carlo Honda Gresini itu lebih dinanti lagi. Setelah finis kelima pada seri pembuka di Losail, Simoncelli pun dinilai akan mengejutkan di musim 2011.

Simoncelli pada prosesnya berhasil unjuk laju kencang di lintasan. Namun, beberapa kali ia juga harus terjatuh dan crash, bahkan sampai membuat rider lain crash juga. Dani Pedrosa di Le Mans, misalnya.

Saat itu keduanya bersinggungan, membuat Pedrosa celaka dan cedera tulang selangka sementara Simoncelli mendapat ride-through penalty. Saat itu Pedrosa, yang lantas harus absen di tiga seri setelahnya, jelas kesal benar dengan Simoncelli.

Setelah itu, giliran Jorge Lorenzo yang dibuat kesal Simoncelli pada seri ketujuh di Assen. Simoncellli terjatuh dan membawa serta Lorenzo bersamanya. Meski keduanya tetap bisa melanjutkan balapan, Lorenzo tetap mengkritik gaya membalap Simoncelli.

Kritik tersebut sebelumnya juga sempat dilontarkan Lorenzo terhadap Simoncelli pada seri kedua di Estoril. Simoncelli, nilai Lorenzo, terlalu agresif.

Kontroversial. Itulah predikat yang kemudian juga dilekatkan ke diri Simoncelli. Apalagi kesuksesannya memenangi balapan perdananya di kelas 250cc pada tahun 2008 di Mugello pun lekat dengan kontroversi yang juga membuatnya diperingatkan oleh Komisi Keselamatan Pembalap MotoGP.

Akan tetapi, itu pula yang bikin Simoncelli hadir sebagai figur penuh warna. Ia bukan tipikal rider yang 'cari aman', melainkan dipenuhi hasrat membalap nan meledak-ledak. Sayangnya, aksi si Kribo akhirnya harus terhenti di Sepang, Minggu (23/10/2011).

Tatkala balapan baru memasuki lap kedua, Simoncelli yang tengah menikung terlihat melakukannya dengan kurang pas--diduga karena kehilangan kendali bagian depan motornya. Akibatnya fatal. Motornya yang mengarah ke kanan ditabrak Colin Edwards yang melaju tepat ke arahnya. Mereka berakhir di lintasan, dengan Rossi yang ada di sebelah kanan keduanya nyaris ikut jadi korban.

Sekilas melihatnya saja, sudah terlihat betapa insiden itu cukup serius karena helm Simoncelli sampai terlepas dan dirinya pun diam tidak bergerak di atas aspal lintasan Sepang.

"Saat helm sampai terlepas, itu bukanlah sebuah sinyal bagus," komentar Stoner saat diwawancarai BBC setelah insiden tersebut.

Simoncelli sendiri langsung mendapatkan perawatan tapi kondisinya sempat simpang-siur. Nuansa kelabu pun hadir di sekitar ruang perawatan.

Sejumlah wartawan Italia tampak saling memeluk dengan mata merah, lainnya menelepon dengan bahasa Italia seraya menyeka mata dan menyebut-nyebut nama Simoncelli. Seorang reporter perempuan dari BBC bahkan terisak dirangkul rekannya.

"Kondisinya sama sekali tidak baik, kondisinya buruk," ujar seorang kru dari tim San Carlo Honda Gresini dengan mata nanar.

Tak lama berselang, Paolo, ayah Simoncelli tampak melangkah dari ruang perawatan dengan terisak. Isakannya itu kemudian dikonfirmasikan sebagai meninggalnya sang putra. Simoncelli 'pergi' pada pukul 16.56 waktu setempat.

Tragis dan mengejutkan, terlebih Simoncelli sudah tampil prima nyaris sepanjang pekan sampai akhirnya memastikan start kelima dalam balapan. "Aku menantikan balapan esok hari dan merasa yakin kami bisa bertarung dengan tiga pembalap di baris terdepan," ujarnya usai sesi kualifikasi, Sabtu (22/10/2011).

Harapan Simoncelli pada akhirnya harus pupus seiring dengan hembusan nafas terakhirnya, di tempat yang sama di mana ia sebelumnya memastikan gelar juara dunia 250cc pada tahun 2008 silam. Pun lekat dengan kontroversi, Simoncelli niscaya tetap dicintai sebagaimana terlihat dari ekspresi muram di Sepang.

Ciao, "Super Sic". Itulah salam terakhir yang diberikan tim San Carlo Honda Gresini kepada rider-nya yang baru saja tutup usia.

No comments:

Post a Comment