Kuala Lumpur - Marco Simoncelli adalah pembalap yang lekat dengan kontroversi. Namun, sosoknya tetap saja dicintai.
'Super
Sic'. Begitulah julukan yang disematkan untuk pemuda kelahiran
Cattolica, Italia, 20 Januari pada 24 tahun silam tersebut.
Predikat
'Super' bukan tanpa sebab disematkan untuk juara dunia 250cc tahun 2008
bersama Gilera tersebut. Lewat aksinya di lintasan, Simoncelli memang
digadang-gadang sebagai rider penuh talenta, sampai-sampai ada pula yang mendapuknya sebagai The Next Big Thing dari Italia setelah Valentino 'The Doctor' Rossi.
Saat
naik kelas ke kelas MotoGP pada musim 2010, aksi Simoncelli pun
dinantikan banyak orang. Memulai musim dengan buruk setelah finis di
posisi 11, Simoncelli mampu memperbaiki performa di sisa seri.
Musim
kedua rider San Carlo Honda Gresini itu lebih dinanti lagi. Setelah
finis kelima pada seri pembuka di Losail, Simoncelli pun dinilai akan
mengejutkan di musim 2011.
Simoncelli pada prosesnya berhasil
unjuk laju kencang di lintasan. Namun, beberapa kali ia juga harus
terjatuh dan crash, bahkan sampai membuat rider lain crash juga. Dani
Pedrosa di Le Mans, misalnya.
Saat itu keduanya bersinggungan, membuat Pedrosa celaka dan cedera tulang selangka sementara Simoncelli mendapat ride-through penalty. Saat itu Pedrosa, yang lantas harus absen di tiga seri setelahnya, jelas kesal benar dengan Simoncelli.
Setelah
itu, giliran Jorge Lorenzo yang dibuat kesal Simoncelli pada seri
ketujuh di Assen. Simoncellli terjatuh dan membawa serta Lorenzo
bersamanya. Meski keduanya tetap bisa melanjutkan balapan, Lorenzo tetap
mengkritik gaya membalap Simoncelli.
Kritik tersebut sebelumnya
juga sempat dilontarkan Lorenzo terhadap Simoncelli pada seri kedua di
Estoril. Simoncelli, nilai Lorenzo, terlalu agresif.
Kontroversial.
Itulah predikat yang kemudian juga dilekatkan ke diri Simoncelli.
Apalagi kesuksesannya memenangi balapan perdananya di kelas 250cc pada
tahun 2008 di Mugello pun lekat dengan kontroversi yang juga membuatnya
diperingatkan oleh Komisi Keselamatan Pembalap MotoGP.
Akan
tetapi, itu pula yang bikin Simoncelli hadir sebagai figur penuh warna.
Ia bukan tipikal rider yang 'cari aman', melainkan dipenuhi hasrat
membalap nan meledak-ledak. Sayangnya, aksi si Kribo akhirnya harus
terhenti di Sepang, Minggu (23/10/2011).
Tatkala balapan baru
memasuki lap kedua, Simoncelli yang tengah menikung terlihat
melakukannya dengan kurang pas--diduga karena kehilangan kendali bagian
depan motornya. Akibatnya fatal. Motornya yang mengarah ke kanan
ditabrak Colin Edwards yang melaju tepat ke arahnya. Mereka berakhir di
lintasan, dengan Rossi yang ada di sebelah kanan keduanya nyaris ikut
jadi korban.
Sekilas melihatnya saja, sudah terlihat betapa
insiden itu cukup serius karena helm Simoncelli sampai terlepas dan
dirinya pun diam tidak bergerak di atas aspal lintasan Sepang.
"Saat helm sampai terlepas, itu bukanlah sebuah sinyal bagus," komentar Stoner saat diwawancarai BBC setelah insiden tersebut.
Simoncelli
sendiri langsung mendapatkan perawatan tapi kondisinya sempat
simpang-siur. Nuansa kelabu pun hadir di sekitar ruang perawatan.
Sejumlah
wartawan Italia tampak saling memeluk dengan mata merah, lainnya
menelepon dengan bahasa Italia seraya menyeka mata dan menyebut-nyebut
nama Simoncelli. Seorang reporter perempuan dari BBC bahkan terisak
dirangkul rekannya.
"Kondisinya sama sekali tidak baik, kondisinya buruk," ujar seorang kru dari tim San Carlo Honda Gresini dengan mata nanar.
Tak
lama berselang, Paolo, ayah Simoncelli tampak melangkah dari ruang
perawatan dengan terisak. Isakannya itu kemudian dikonfirmasikan sebagai
meninggalnya sang putra. Simoncelli 'pergi' pada pukul 16.56 waktu
setempat.
Tragis dan mengejutkan, terlebih Simoncelli sudah
tampil prima nyaris sepanjang pekan sampai akhirnya memastikan start
kelima dalam balapan. "Aku menantikan balapan esok hari dan merasa yakin
kami bisa bertarung dengan tiga pembalap di baris terdepan," ujarnya
usai sesi kualifikasi, Sabtu (22/10/2011).
Harapan Simoncelli
pada akhirnya harus pupus seiring dengan hembusan nafas terakhirnya, di
tempat yang sama di mana ia sebelumnya memastikan gelar juara dunia
250cc pada tahun 2008 silam. Pun lekat dengan kontroversi, Simoncelli
niscaya tetap dicintai sebagaimana terlihat dari ekspresi muram di
Sepang.
Ciao, "Super Sic". Itulah salam terakhir yang diberikan tim San Carlo Honda Gresini kepada rider-nya yang baru saja tutup usia.
No comments:
Post a Comment