Wednesday, 16 November 2011

Indonesia = Negara Blackberry?

Research in Motion terlihat susah payah mempertahankan bisnisnya, terutama setelah dilanda sejumlah masalah. Penjualan BlackBerry buatan RIM terus menurun, tablet RIM BlackBerry PlayBook pun kalah bersaing dengan iPad atau tablet berbasis Android lain.

Tak hanya itu, beberapa waktu lalu RIM mengalami gangguan terparah di sejumlah benua. Ini menyebabkan pelanggan BlackBerry pun mulai beralih ke smartphone lain, seperti iPhone 4S atau smartphone berbasis Android.

Tapi, BlackBerry tampaknya tetap berkibar di Indonesia. Sebuah stasiun televisi Kanada, CBC News, kemudian membuat liputan yang mengungkap betapa berjayanya BlackBerry di Indonesia saat ini, hingga Indonesia pun mendapat sebutan: BlackBerry Nation.

Smartphone besutan produsen ponsel asal Kanada ini digunakan oleh banyak pihak, mulai dari penjaga taman nasional di Bali hingga siswa Sekolah Dasar. Tak heran BlackBerry masih menguasai 46 persen pasar smartphone di Indonesia.

Penjaga Taman Nasional Bali Barat Hery Kusumanegara mengaku BlackBerry memudahkan komunikasinya, walaupun dia sering berada di hutan atau daerah pelosok lain. "Saya bekerja di hutan, saya benar-benar butuh agar bisa dihubungi, dan ini mudah karena BlackBerry," ucap Hery.

Begitu pula di salah satu SD di kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat. Di kelas 6, ada 24 dari 42 siswa yang memiliki BlackBerry. Guru mereka pun harus mengumpulkan BlackBerry siswa ini agar tak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Layanan yang dimiliki BlackBerry disebut menjadi alasan masih banyaknya konsumen di Indonesia menggunakan BlackBerry, terutama BlackBerry Messenger. Apalagi, layanan BlackBerry bisa didapat hanya dengan biaya Rp80 hingga Rp150 ribu per bulan. Harga sebuah BlackBerry pun bisa didapat mulai dari harga Rp1,8 juta.

Analis dari Canalys Research Daryl Chiam menyebut, negara berkembang di Asia memang masih menghasilkan banyak keuntungan untuk RIM. Laman CrackBerry mencatat, setidaknya 56 persen pendapatan BlackBerry didapat dari negara berkembang.

Gregory Wade, petinggi RIM di Asia Tenggara Jepang dan Korea, mengatakan RIM akan memperhatikan pasar dari negara berkembang. Wade juga mengatakan BlackBerry akan mengupayakan layanan BlackBerry bisa digunakan semua individu di Indonesia dan negara berkembang, dengan harga lebih terjangkau.

Mengingat banyaknya keuntungan yang didapat RIM dari pelanggan BlackBerry di Indonesia, tak heran banyak yang 'kebakaran jenggot' saat mendengar RIM membangun pabrik di Malaysia, dan bukan di Indonesia.

Terlepas dari pertimbangan yang diambil RIM dalam membangun pabrik di Malaysia, negara berkembang Asia memang terlihat menjanjikan bagi keberlanjutan bisnis RIM. Di tengah semakin merosotnya saham RIM dan popularitas BlackBerry, apakah pasar Indonesia bisa menjadi penyelamat RIM? Tentu konsumen di Indonesia yang bisa menjawabnya.

No comments:

Post a Comment