Research in Motion terlihat susah payah mempertahankan bisnisnya,
terutama setelah dilanda sejumlah masalah. Penjualan BlackBerry buatan
RIM terus menurun, tablet RIM BlackBerry PlayBook pun kalah bersaing
dengan iPad atau tablet berbasis Android lain.
Tak hanya itu,
beberapa waktu lalu RIM mengalami gangguan terparah di sejumlah benua.
Ini menyebabkan pelanggan BlackBerry pun mulai beralih ke smartphone lain, seperti iPhone 4S atau smartphone berbasis Android.
Tapi,
BlackBerry tampaknya tetap berkibar di Indonesia. Sebuah stasiun
televisi Kanada, CBC News, kemudian membuat liputan yang mengungkap
betapa berjayanya BlackBerry di Indonesia saat ini, hingga Indonesia pun
mendapat sebutan: BlackBerry Nation.
Smartphone besutan
produsen ponsel asal Kanada ini digunakan oleh banyak pihak, mulai dari
penjaga taman nasional di Bali hingga siswa Sekolah Dasar. Tak heran
BlackBerry masih menguasai 46 persen pasar smartphone di Indonesia.
Penjaga
Taman Nasional Bali Barat Hery Kusumanegara mengaku BlackBerry
memudahkan komunikasinya, walaupun dia sering berada di hutan atau
daerah pelosok lain. "Saya bekerja di hutan, saya benar-benar butuh agar
bisa dihubungi, dan ini mudah karena BlackBerry," ucap Hery.
Begitu
pula di salah satu SD di kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat. Di kelas
6, ada 24 dari 42 siswa yang memiliki BlackBerry. Guru mereka pun harus
mengumpulkan BlackBerry siswa ini agar tak mengganggu kegiatan belajar
mengajar.
Layanan yang dimiliki BlackBerry disebut menjadi alasan
masih banyaknya konsumen di Indonesia menggunakan BlackBerry, terutama
BlackBerry Messenger. Apalagi, layanan BlackBerry bisa didapat hanya
dengan biaya Rp80 hingga Rp150 ribu per bulan. Harga sebuah BlackBerry
pun bisa didapat mulai dari harga Rp1,8 juta.
Analis dari Canalys
Research Daryl Chiam menyebut, negara berkembang di Asia memang masih
menghasilkan banyak keuntungan untuk RIM. Laman CrackBerry mencatat, setidaknya 56 persen pendapatan BlackBerry didapat dari negara berkembang.
Gregory
Wade, petinggi RIM di Asia Tenggara Jepang dan Korea, mengatakan RIM
akan memperhatikan pasar dari negara berkembang. Wade juga mengatakan
BlackBerry akan mengupayakan layanan BlackBerry bisa digunakan semua
individu di Indonesia dan negara berkembang, dengan harga lebih
terjangkau.
Mengingat
banyaknya keuntungan yang didapat RIM dari pelanggan BlackBerry di
Indonesia, tak heran banyak yang 'kebakaran jenggot' saat mendengar RIM
membangun pabrik di Malaysia, dan bukan di Indonesia.
Terlepas
dari pertimbangan yang diambil RIM dalam membangun pabrik di Malaysia,
negara berkembang Asia memang terlihat menjanjikan bagi keberlanjutan
bisnis RIM. Di tengah semakin merosotnya saham RIM dan popularitas
BlackBerry, apakah pasar Indonesia bisa menjadi penyelamat RIM? Tentu
konsumen di Indonesia yang bisa menjawabnya.
No comments:
Post a Comment